Perhelatan pilkada serentak menjadi momentum tahun politik di indonesia. Bilik kecil itulah kita gunakan untuk memilih pemimpin yang akan menjadi nahkoda selama lima tahun. Orang bijak bukan hanya taat bayar pajak tapi juga dengan menggunakan hak pilihnya dengan cerdas dengan memilih yang pas.
Dalam penyelenggaraan pilkada serentak saat ini yang menjadi salah satu bidikkan paslon adalah suara dikalangan generasi milenial anak muda. Karena potensi suara anak muda yang cukup besar, maka masing-masing kandidat bersaing untuk mendapatkannya.
Dari pasangan calon nomor 1 (khofifah-emil) maupun paslon nomor 2 (gus ipul-puti), keduanya mempunyai dambaan pilihan hati tersendiri dikalangan generasi milenial saat ini. Tentunya sudah tidak diragukan lagi kiprah para Cagub ini dikalangan NU, Gus ipul yang pernah menjabat ketua ansor jatim dan khofifah menjabat ketua umum muslimat NU.
Dari berbagai macam pengalaman organisasi, pengalaman memimpin, pengalaman menjabat diberbagai posisi strategis tingkat nasional, tentunya kedua paslon tidak diragukan lagi. Dari kacamata sebagai warga kultur NU baik khofifah maupun gus ipul sangatlah pantas untuk menjadi nahkoda jatim. Hal ini pun menjadi kan peta persaingan politik semakin menarik, apalagi jatim merupakan basis NU terbesar di indonesia. Lantas Bagaimana strategi untuk menarik simpatisan pemuda diluar NU?
Politik adalah sebuah seni untuk meraih kekuasaan. Maka cara untuk mendapatkan bisa dengan seribu satu cara. Seperti hal nya untuk meraup suara anak muda jaman "now" saat ini. Paslon harus benar-benar mempunyai jurus jitu dan semenarik mungkin.
Selain kader partai politik, anak muda adalah salah satu pemilih garis lurus. Saat sudah mempunyai pilihan berdasarkan elektabilitas dan popularitas menurut pribadinya maka dia akan enggan berbelok atau terpengaruhi dengan embel-embel sejumlah uang atau yang lain. Karena masa idealisnya memilih untuk beda dan jujur serta mempunyai alasan kuat untuk itu.
Apalagi sebagai pemilih pemula, tentunya mereka jauh lebih berhati-hati untuk menentukan pilihanya. Anak muda jaman now sudahlah pasti mempunyai metode jitu untuk lebih mengenal si A dan si B. Dengan teknologi sosmed saat ini, informasi apapun hanya selebar papan ketik layar handphone. HP lebih menarik untuk menggiring opini ketimbang selembar kertas rupiah yang tidak bakalan cukup buat kongkow atau nonton "dilan" berdua.
Hal semacam ini tentunya sangat baik untuk perubahan sisi kecil dari kehidupan demokrasi di indonesia. Generasi milenia sekarang harus menjadi embrio pemilu sehat. Sudah saat nya pemilu menjadi arena adu kapasitas, program kerja dan inovasi pembangunan. Bukan malah menanamkan kecenderungan klasik "maju tak gentar membela yang bayar,". Salah satu proses pelibatan masyarakat dalam proses demokrasi adalah pemilihan umum. Maka proses yang baik akan menghasilkan yang baik pula.
So, jadilah pemilih yang cerdas wahai anak muda. Gunakan hak pilih kalian sesuai dengan hati nurani tanpa ada tekanan dari manapun. Jangan membeli kucing dalam karung. Pelajari sedetail mungkin bagaimana track record dari para kandidat pemimpin kita itu. Apa visi misinya, bagaimana nilai jual programn-programnya. hati mu lah yang menentukan. Bukan coblos ikut ikutan apalagi golput, sudah bukan jamannya lagi.
Tentunya panasnya suhu politik diatas harus tetap diimbangi dengan hangatnya kopi di meja ini. Tetap menjaga persatuan dan kesatuan. Jangan karena perbedaan pilihan maka bermusuhan. Ajang lima tahunan ini hanyalah sebuah proses dari demokrasi. Tetap menjadi generasi muda yang membanggakan. Sehat berpolitik, berfikir dan berpihak.
Jangan sampai dengan perbedaan memilih menjadi jurang perpecahan lebih-lebih untuk pemuda NU. Karena sebenarnya kita tahu, baik gus ipul maupun khofifah adalah kader emas NU yang mampu berkiprah dikancah perpolitikan nasional. Kita berharap siapapun yang terpilih, akan menjadi pemimpin yang baik untuk Jatim dan warga Nahdlatul ulama.
(Y/s)

Komentar
Posting Komentar